.

.
Bismillah ..., Kami Ingin Berbagi Faedah Ilmu Syar'i, MENEBAR SUNNAH & Merajut Ukhuwah di Atas Manhaj Salaf Dalam Meniti Al Haq

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH


SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [1]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Akan selalu ada sekelompok orang (tha’ifah) dari umatku yang tampak (tinggi dan menang) di atas al-Haq. Tidak akan merugikan mereka orang-orang yang menentang mereka, sampai datang kepada mereka keputusan Allah dalam kondisi mereka menang.” (hadits mutawatir, diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim, dan para ‘ulama ahli hadits lainnya, dari sekian banyak shahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam)
Ini adalah berita dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang eksistensi ath-Thaifah al-Manshurah (Kelompok yang senantiasa menang dan jaya). Al-Imam al-Bukharirahimahullah mengatakan tentang siapa kelompok tersebut, “Mereka adalah para ‘ulama.”
Dalam hadits lain, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan umat ini akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya di neraka, kecuali hanya satu kelompok saja yang selamat. Para shahabat bertanya siapa kelompok yang selamat tersebut, maka Nabi menjelaskan,
“Apa yang aku berada di atasnya hari ini, dan para shahabatku.” (HR. at-Tirmidzi, dan lainnya).
Satu kelompok itu disebut al-Firqah an-Najiyah (Kelompok yang selamat). Yakni selamat dari penyimpangan dan kesesatan di dunia. Selamat dari adzab di akhirat.
Musa bin Harun rahimahullah berkata, “Aku telah mendengar Ahmad bin Hanbal rahimahullah ketika ditanya tentang hadits yang berlafazh (artinya) : “umat ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan semuanya di neraka kecuali hanya satu golongan…’beliau mengatakan : “Jika yang dimaksud bukanlah ahlul hadits maka aku tidak tahu siapa mereka.”
Dalam riwayat lain dengan lafazh : “Jika ath-Thaifah al-Manshurah ini bukan Ash-habul Hadits, maka aku tidak tahu lagi siapa mereka.”  Dalam riwayat lain : “Mereka adalah ahlul ‘ilmi dan ahlul atsar.” (lihat ash-Shahihah I/543)
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali hafizhahullah berkata : “Para ‘ulama Islam yang mu’tabar dari kalangan ahli hadits dan selain mereka telah bersepakat bahwa al-Firqatun Najiyah dan ath-Thaifah al-Manshurah adalah sama. Mayoritas mereka mengatakan : Bahwasanya golongan tersebut adalah ahlul hadits…” [ Lihat kitab Ahlul hadits hum Ath-Thaifah Al-Manshurah an-Najiyah (36) ]
Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah ditanya : “Apakah anda membedakan antara ath-Thaifah al-Manshurah dengan al-Firqah an-Najiyah?”
Beliau  rahimahullah menjawab : ath-Thaifah al-Manshurah ialah al-Firqah an-Najiyah, keduanya adalah satu, mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah, dan mereka adalah as-Salafiyyun.
[ Lihat al-Ajwibah al-Mufidah ‘an As-ilah al-Manahij al-Jadidah, oleh Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan (75-footnote) ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [2]

Al-Imam ‘Ubaidullah bin Muhammad bin Baththah Al-’Ukbari rahimahullah  (wafat tahun 387 H) dalam karya besarnya yang berjudul Al-Ibanah al-Kubra, mengatakan:
“Bahwa dasar iman kepada Allah yang wajib atas makhluk (manusia dan jin) untuk meyakininya dalam menetapkan keimanan kepada-Nya, ada tiga hal:
Pertama: Seorang hamba harus meyakini Rububiyyah-Nya, yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan atheis yang tidak menetapkan (mengingkari) adanya pencipta.
Kedua: Seorang hamba harus meyakini Wahdaniyyah-Nya (Uluhiyyah-Nya), yang dengan itu dia menjadi berbeda dengan jalannya orang-orang musyrik yang mengakui sang Pencipta namun menyekutukan-Nya dengan dia beribadah kepada selain-Nya.
Ketiga: Meyakini bahwa Dia (Allah) bersifat dengan sifat-sifat (kesempurnaan) yang Dia harus bersifat dengannya, berupa sifat Ilmu, Qudrah, Hikmah, dan semua sifat yang Dia menyifati diri-Nya dalam kitab-Nya.”

 SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [3]

“al-Qur’an Semuanya tentang Tauhid”Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Sesungguhnya al-Qur`an berisi tentang :
1. Berita tentang Allah, Nama-Nama, Shifat-Shifat, dan Perbuatan-Perbuatan-Nya, serta Ucapan-Ucapan-Nya. Inilah TAUHID AL-‘ILMI AL-KHABARI (Tauhid yang berisi ilmu dan berita tentang Allah. Yang meliputi Tauhid Rububiyyah dan Tauhid al-Asma wa ash-Shifat, pen)
2. Ajakan untuk beribadah kepada Allah satu-satu-Nya tidak ada sekutu bagi-Nya, dan meninggalkan segala yang diibadahi selain-Nya. Ini TAUHID AL-IRADI ATH-THALABI (Tauhid kehendak dan permintaan hanya kepada Allah. Yakni Tauhid Ibadah / Tauhid Uluhiyyah, pen)
3. Perintah dan larangan, serta keharusan untuk mentaati perintah dan larangan-Nya. Ini adalah HAK-HAK TAUHID dan PENYEMPURNA TAUHID.
4. Berita tentang pemuliaan terhadap ahlu Tauhid, karunia yang mereka dapatkan di dunia, dan kemuliaan yang mereka dapatkan di akhirat. Ini adalah BALASAN BAGI ORANG YANG MENTAUHIDKAN-NYA.
5. Berita tentang orang-orang yang berbuat syirik, hukuman yang menimpa mereka di dunia, dan apa yang ditimpakan kepada di akhirat berupa adzab. Ini adalah hukuman atas BARANGSIAPA YANG KELUAR DARI HUKUM TAUHID.
Jadi al-Qur`an semuanya tentang Tauhid, hak-hak Tauhid, dan balasan bagi yang berTauhid, dan tentang Syirik dan orang-orangnya serta hukuman atas mereka.”
[Madarij as-Salikin III/449]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [4]

Apa makna “Salafi” dan “Salafiyyah“?
Pertanyaan : Kami ingin tahu tafsir (penjelasan) kata “as-Salaf“, dan siapakah Salafiyyunitu?
Jawab : “as-Salaf” adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka adalah para pengikut Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu para shahabat radhiyallahu ‘anhum dan para ‘ulama yang berjalan di atas manhaj mereka hingga hari kiamat. Ketika RasulullahShallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang al-Firqah an-Najiyah (kelompok yang selamat) beliau menjawab, “Mereka adalah barangsiapa yang berada di atas prinsip seperti yang aku dan para shahabatku berada di atasnya.”
[ Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah, no. 6149 ]
Pertanyaan : Apakah makna “as-Salafiyyah“, bagaimana pendapat anda tentangnya?
Jawab : “as-Salafiyyah” adalah penisbatan kepada “as-Salaf“. Sedangkan “as-Salaf” adalah para shahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para imam (‘ulama) pembawa petunjuk/ilmu dari kalangan generasi tiga abad pertama – radhiyallahu ‘anhum – , yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan kebaikan, yaitu dalam sabda beliau, “Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian generasi setelahnya, kemudian generasi setelahnya.”
as-Salafiyyun” adalah bentuk jamak dari “as-Salafy“, yaitu nisbah kepada “as-Salaf“. Telah dijelaskan maknanya di atas, yaitu orang-orang yang berjalan di atas manhaj salaf, yakni mengikuti al-Kitab (al-Qur`an) dan as-Sunnahberdakwah (mengajak) kepada al-Kitab dan as-Sunnahserta mengamalkannya. Dengan itu mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
[ Fatwa al-Lajnah ad-Da’imah, no 1361 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [5]

“Di antara Prinsip-Prinsip Dakwah Salafiyyah
Pertama, Mementingkan dan Perhatian Besar terhadap Mentuntut Ilmu Syar’i dan Upaya Memahami Agama
Kedua, Semangat untuk Mengamalkan Ilmu
Ketiga, Berdakwah ke Jalan Allah di atas Bashirah
Keempat, Perhatian Besar terhadap Aqidah Salaf, baik secara keilmuan, pengamalan, dan mengajarkannya.
Kelima, Perhatian Besar terhadap Sunnah Nabawiyyah, semangat besar untuk mengamalkannya, dan mengajak kepadanya.
Keenam, Keterkaitan yang sangat Kuat dengan Para ‘Ulama Sunnah
Ketujuh, Menghindar sejauh-jauhnya dari Hizbiyyah dan Kelompok-kelompok Islam Sirriyyah (rahasia)
Kedelapan, Konsisten dengan prinsip yang ditunjukkan oleh al-Kitab dan as-Sunnah serta apa yang disepakati oleh Salaful Ummah dalam menyikapi para pemimpin dan pemerintah (muslimin)
Kesembilan, Menentang Para Ahlul Bid’ah dan Mentahdzir Mereka
Kesepuluh, Konsisten dengan al-Kitab dan as-Sunnah dalam Semua Urusan dan Kondisi kita
Dari Kitab Ushul ad-Dakwah as-Salafiyyah, asy-Syaikh ‘Abdus Salam bin Barjis Alu ‘Abdil Karim.
Download Kitab PDF di sini http://goo.gl/LyVu4S

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [6]

Al-Imam al-Bukhari rahimahullah dalam kitabnya (Shahih al-Bukhari) berkata,“Bab : Berilmu dahulu sebelum berkata dan beramal. Berdasarkan firman Allah Ta’ala,“Berilmulah, bahwa tidak ada yang berhak diibadahi kecuali Allah.” [QS. Muhammad “ 19], pada ayat tersebut Allah memulai dengan perintah untuk berilmu.
“Sesungguhnya para ‘ulama adalah pewaris para nabi. Mereka (para nabi tersebut) mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah mengambil bagian yang sempurna. Barangsiapa yang menempuh suatu jalan, yang padanya dia mencari/menuntut ilmu maka niscaya Allah mudahkan untuknya jalan menuju al-Jannah (surga).”
Allah Jalla Dzikruhu berfirman, “Hanyalah yang takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya adalah para ‘ulama.” [QS. Fathir : 28] Allah juga berfirman, “Tidak akan bisa memahaminya (permisalan-permisalan dalam al-Qur`an) kecuali orang-orang yang berilmu.” [QS. Al-‘Ankabut : 43] “Mereka berkata, kalau seandainya kami dulu mendengar dan memahami maka kami tidak akan menjadi penduduk neraka Sa’ir.” [QS. Al-Mulk : 10]“Apakah sama orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu” [az-Zumar : 9]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan untuknya, niscaya Allah jadikan dia Faqih (berilmu) tentang agamanya.” Ilmu itu hanyalah bisa didapat dengan cara belajar. …
[ Sumber : Shahih al-Bukhari, Kitab al-‘Ilmi, bab ke-11 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [7]

PELAJARILAH ILMU SYAR’I
Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu berkata, “Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu. Karena mencarinya adalah ibadah, mempelajarinya karena Allah merupakan amal kebaikan, mencurahkannya bagi pemilik ilmu adalah taqarrub, mengajarkan ilmu kepada orang yang tidak berilmu adalah shadaqah, membahasnya adalah jihad, dan mengingat-ingatnya adalah tasbih.”
[ ad-Dailami 2238, Tadzkirah as-Sami’ 35, Majmu’ al-Fatawa IV/42 ]
Ibnu Mas’ud radhiyallahu berkata, “Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, sebelum ilmu itu diangkat. Diangkatnya ilmu tersebut adalah dengan perginya (wafatnya) para ‘ulama. Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, karena kalian tidak tahu kapan dia butuh terhadap ilmu yang ada padanya.
Kalian akan dapati orang-orang yang mengira sedang mengajak (berdakwah) kepada Kitabullah (al-Qur`an), padahal dia telah mencampakkan al-Qur`an tersebut ke belakang punggung mereka.  Wajib atas kalian (mempelajari) ilmu, … “
[ ad-Darimi (143), Ibnu Wadhdhah (23), al-Ibanah I/324, al-Lalikai I/87 ]

Bersambung ke Bagian 2
Majmuah Manhajul Anbiya