.

.
Bismillah ..., Kami Ingin Berbagi Faedah Ilmu Syar'i, MENEBAR SUNNAH & Merajut Ukhuwah di Atas Manhaj Salaf Dalam Meniti Al Haq

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH 3


SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [15]

HARUS MENGERTI TAUHID dan MENGERTI SYIRIK
Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata,
“Tidak cukup bagi seseorang, bahwa dia sudah mengerti Tauhid dan mengamalkannya. Namun dia harus MENGERTI PULA LAWANNYA, yaitu SYIRIK. Karena khawatir bakal terjatuh padanya, dan merusak tauhidnya. Barangsiapa yang tidak mengerti tentang sesuatu, sangat dikhawatirkan dia terjatuh padanya.
Sebagaimana dikatakan oleh Amirul Mukminin ‘Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Sangat dikhawatirkan akan lepas ikatan Islam seutas demi seutas, apabila muncul dalam Islam orang-orang yang tidak mengerti tentang Jahiliyyah.”
Karena dia tidak mengerti perkara-perkara jahiliyyah, atau mengiranya sebagai sesuatu yang baik padahal termasuk perkara jahiliyyah. Maka akibat kebodohannya terhadap hakekat sesuatu tersebut, sesuatu itu menjadi rancu bagi dia, sehingga dia pun melakukannya padahal itu termasuk perkara jahiliyyah.
Demikian pula, yang lebih berbahaya lagi, orang yang tidak mengerti tentang Syirik, tempat-tempat masuknya, dan macam-macamnya, serta bahaya-bahayanya, maka dia sangat-sangat dikhawatirkan untuk terjatuh dalam kesyirikan dalam keadaan dia tidak tahu/tidak menyadari. Karena jahil (kebodohan) itu merupakan penyakit yang mematikan.
Seorang penyair mengatakan,
‘Sesuatu itu akan ditampakkan keindahannya oleh lawannya. Maka dengan lawannya, sesuatu bisa menjadi jelas.’
Demikian pula, tidak akan tahu nilai mahal Tauhid, keutamaan Tauhid, dan tahqiq Tauhid, kecuali orang yang mengenal kesyirikan dan perkara-perkara jahiliyyah supaya dia menjauhinya, dan menjaga kemurnian Tauhidnya.
[ I’anatu al-Mustafid, Syarh Kitab at-Tauhid oleh Ma’ali asy-Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [16]

Pentingnya Mengetahui Kebatilan dan Syubhat, untuk diketahui Bantahannya dan Dijauhi
Asy-Syaikh al-‘Allamah Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah berkata,
” … Dari sini tampaklah kesalahan kesalahan mereka yang mengatakan ‘tidak ada perlunya kita mempelajari aqidah-aqidah yang batil, dan kita mengetahui madzhab-madzhab batil. Tidak ada perlunya kita membantah mu’tazilah dan jahmiyyah. Karena kelompok-kelompok tersebut telah hilang dan sirna. Ajarkan pada umat ini Tauhid, cukup sudah.’
Atau sebagian lagi mengatakan, ‘Mereka tidak perlu lagi diajari Tauhid, karena mereka adalah anak-anak fitrah, tumbuh di negeri muslimin. Ajarkan kepada mereka ilmu-ilmu dunia: ilmu produksi dan kemodernan. Adapun Tauhid, mereka sudah dapat pelajaran tersebut dengan fitrahnya atau dari lingkungannya.’
Ada lagi yang mengatakan, ‘Umat sudah melewati masa-masa khurafat. Karena mereka sekarang sudah mendapatkan wawasan dan pengetahuan. Sehingga tidak mungkin lagi mereka terjatuh dalam kesyirikan setelah itu. Syirik itu adanya pada zaman Jahiliyyah. Ketika manusia masih polos.’
Mereka menamakan syirik dalam ibadah sebagai syirik polos/biasa. Adapun syirik sebenarnya menurut mereka adalah apa yang dinamakan dengan syirik politik, atau syirik penguasa, atau syirik hakimiyyah.
Oleh karena itu mereka tidak mementingkan untuk mengingkari kesyirikan yang para rasul diutus untuk mengingkarinya (yaitu syirik Ibadah, pen). mereka meletakkan pengingkaran mereka pada syirik hakimiyyah saja.
Ini semua di antara tipu daya syaitan terhadap Bani Adam. … sesungguhnya di sana ada orang-orang yang membuat umat tidak lagi mau mempelajari tauhid, mempelajari syirik, mengenali syubhat dan kesesatan, mengajak umat untuk meninggalkan perkara-perkarat tersebut.
Ini semua, bisa jadi karena kejahilan (kebodohan) mereka dan karena mereka tidak mengerti, atau bisa jadi karena mereka hendak ‘menyusup’kan kesesatan di tengah-tengah muslimin dan ingin merusak aqidah muslimin.
Maka kita HARUS WASPADA dari fenomena ini. Kita mendengar ada yang mengatakan, ‘mempelajari aqidah mu’tazilah dan bagaimana membantah mereka, adalah seperti merajam kuburan. Karena mereka (tokoh-tokoh mu’tazilah itu) sudah mati.’
Kita jawab, “Ya Subhanallah. Memang benar mereka telah mati sosok-sosok mereka. Namun aqidah mereka masih tetap ada. Syubhat-syubhat mereka tetap ada. Kitab-kitab mereka masih dicetak dan ditahqiq sekarang, dibiayai untuk itu, serta dipromosikan. Maka bagaimana kita akan dikatakan biarkan mereka karena sudah mati??!!
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan syubhat-syubhat kaum musyrikin dari umat-umat terdahulu, baik Fir’aun, Haman, Qarun, kaum Nuh, ‘Ad, dan Tsamud, dll padahal mereka adalah umat yang sudah musnah. Namun Allah menyebutkan syubhat-syubhat mereka dan bantahan atasnya.
Yang dilihat bukan sosok-sosoknya, namun yang dilihat adalah aqidah dan kebatilannya. Yang dilihat adalah syubhat-syubhatnya, dan masing-masing kaum itu ada pewarisnya.”
[ I’anatu al-Mustafid,Syarh Kitab at-Tauhid oleh Ma’ali asy-Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [17]

APAKAH MANHAJ ADA KAITANNYA dengan SURGA dan NERAKA??
Apakah Kebenaran Manhaj, Ada Kaitannya dengan  Jannah (Surga) dan Nar (neraka)?
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :
“Ya. Manhaj apabila benar, maka pemiliknya menjadi termasuk penduduk al-Jannah (surga). Apabila dia berjalan di atas manhaj Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan manhaj as-Salaf ash-Shalih maka dia menjadi termasuk penduduk al-Jannah, biidznillah.
Sebaliknya, apabila dia berjalan di atas manhaj sesat, maka dia terancam dengan neraka.
Jadi, benar tidaknya manhaj itu berkonsekuensi jannah (surga) atau neraka.”
[al-Ajwibah al-Mufidah, pertanyaan no: 47 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [18]

KENAPA MENTAHDZIR dan MEMBAHAS PENYIMPANGAN, padahal musuh kita orang kafir…, padahal jumlah kita sedikit…??
Apakah mentahdzir dari Manhaj-Manhaj yang Menyimpang dan dari Para Da’i Sesat Merupakan Perbuatan Memecah Belah Kaum Muslimin dan Mencerai-beraikan Barisan Mereka?
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :
“TAHDZIR dari manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj salaf justru merupakan tindakan MENYATUKAN kalimat kaum muslimin, BUKAN tindakan memecah belah barisan mereka. Karena yang memecah belah barisan kaum muslimin sesungguhnya adalah manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj salaf.
[al-Ajwibah al-Mufidah, pertanyaan no: 57 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [19]

MENJELASKAN KESALAHAN KITAB atau KELOMPOK TERTENTU, BUKAN TINDAKAN MEMBEBERKAN AIB PARA DA’I
Menjelaskan Sebagian Kesalahan-Kesalahan Kitab-Kitab Hizbiyyah atau Kelompok-Kelompok Menyimpang, apakah ini merupakan tindakan Membeberkan Aib/Kejelekan Para Da’i?
Asy-Syaikh Shalih al-Fauzan :
“Tidak. Itu bukan tindakan membeberkan kejelekan para da’i. Karena kitab-kitab tersebut sebenarnya bukan kitab dakwah, dan mereka – para penulis kitab-kitab tersebut dan pembawa paham-paham (sesat) tersebut – sebenarnya bukanlah para da’i (yang mengajak) ke jalan Allah di atas bashirah, ilmu, dan kebenaran.
Kita, tatkala menjelaskan kesalahan-kesalahan kitab-kitab tersebut – atau para “da’i” tersebut –, bukanlah dalam rangka menjatuhkan kepribadiannya. Namun dalam rangka memberikan nasihat kepada ummat, agar (umat) tidak tercemari oleh paham-paham yang tidak jelas, yang itu bisa menjadi fitnah dan memecah belah persatuan ummat, sehingga terceraiberailah jama’ah.
Bukanlah tujuan kita pribadi-pribadi tertentu, namun yang kita tuju adalah paham-paham yang ada di kitab-kitab tersebut, yang masuk kepada kita dengan nama “dakwah”.
[al-Ajwibah al-Mufidah, pertanyaan no: 55 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [20]

WAJIB MENTAHDZIR
Apakah Wajib Mentahdzir dari Bahaya Manhaj-Manhaj yang Menyimpang dari Manhaj Salaf?
Asy-Syaikh Shalih bin Fauzan al-Fauzan hafizhahullah menjawab,
“Iya. WAJIB mentahdzir dari bahaya manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj salaf. Ini termasuk nasihat untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, dan para imam muslimin, serta untuk keumuman muslimin.
Kita mentahdzir dari bahaya orang-orang pembawa kejelekan, mentahdzir dari bahaya manhaj-manhaj yang menyimpang dari manhaj Islam. Kita jelaskan madharat manhaj-manhaj tersebut kepada umat.
Sebaliknya, kita mendorong umat untuk senantiasa berpegang kepada al-Kitab dan as-Sunnah. Ini WAJIB.
Namun ini termasuk dalam kewenangan ahlul ilmi, yang wajib atas mereka untuk masuk dalam permasalahan ini. Wajib atas mereka untuk menjelaskan kepada umat dengan cara yang tepat sesuai syar’i dan cara yang sukses – biidznillah.
[al-Ajwibah al-Mufidah, pertanyaan no: 53 ]

SILSILAH AL-FAWA’ID AS-SALAFIYAH [21]

IRADAH KAUNIYYAH dan IRADAH SYAR’IYYAH
Asy-Syaikh Taqiyyuddin Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,
“AL-IRADAH AL-KAUNIYYAH (kehendak untuk menjadikan) adalah Masyi’ah (kehendak) Allah untuk menciptakan. Seluruh makhluk masuk di bawah masyi’ah dan iradah (kehendak)-Nya yang kauniyyah. (Kehendak Allah jenis ini pasti terjadi dan terwujud, pen)
Adapun AL-IRADAH AD-DINIYYAH ASY-SYAR’IYYAH (Kehendak Syar’i, yakni kehendak Allah yang tertuang dalam syari’at-Nya, pen) : ini mengandung kecintaan dan keridhaan-Nya, mengenai semua yang Allah perintahkan dan Allah jadikan sebagai syari’at dan agama. Kehendak ini khusus dengan iman dan amal shalih. (Kehendak Allah jenis ini tidak semuanya terjadi/terwujud, pen).”
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,
“Pangkal kesesatan kelompok/pihak/aliran yang tersesat adalah menyamakan antara Kehendak-Nya (masyi’ah/al-Iradah al-Kauniyyah) dengan cinta dan ridha-Nya (yang merupakan kandungan al-Iradah asy-Syari’iyyah,pen).
Kelompok sesat: Jabriyyah dan Qadariyyah telah menyamakan antara dua hal tersebut.
Kelompok Jabriyyah berkeyakinan bahwa kejadian di alam ini semuanya adalah berdasar qadha dan qadar-Nya, sehingga semuanya dicintai dan diridhai oleh-Nya (baik ketaatan maupun kemaksiatan, keimanan maupun kekufuran. Karena semuanya terjadi dengan qadha dan qadar-Nya, pen).
Sementara Kelompok Qadariyyah yang meniadakan takdir, mereka berkeyakinan : bahwa kemaksiatan tidak dicintai dan tidak diridhai oleh-Nya, sehingga Allah tidak mentakdirkannya. Jadi kemaksiatan itu terjadi diluar masyi’ah-Nya (Iradah Kauniyyah = kehendak menjadikan) dan penciptaan-Nya. (sehingga menurut Qadariyyah, ada kehendak Allah yang tidak terjadi/terwujud. Sebaliknya, ada kejadian di alam ini yang diluar kehendak Allah, pen).”  (dari Madarijus Salikin dengan ada perubahan)
[ at-Tanbihat as-Saniyyah ‘ala al-‘Aqidah al-Wasithiyyah, asy-Syaikh ‘Abdul ‘Aziz ar-Rasyid, hal.69 ]
Bersambung ke Bagian 4

Manhajul Anbiya